SALAM PERSAHABATAN

hidup tanpa persahabatan bagaikan perkasanya singa yang
tinggal sendirian dibelantara hutan. sekeras apapun prinsip dan hati manusia
mesti membutuhkan sahabat


Sabda Nabi Saw:

Hati manusia adalah kandungan rahasia dan sebagian lebih mampu merahasiakan dari yang lain. bila kamu memohon sesuatu kepada allah maka mohonlah dengan penuh bahwa doamu akan terkabulkan. allah tidak mengabulkan doa orang yang hatinya lalai dengan lengah. (HR. Ahmad)

Jumat, 30 Januari 2009

gerhana

Kapan lagi dan Harus bagaimanakah kita (muslim) dengan Gerhana Matahari?
Oleh: Abdul Latif

Pada tanggal 26 januari 2009, tepatnya hari senin, mulai pukul 13:02-16:54 WIB terjadi gerhana matahari cincin atau annulus. Gerhana ini bisa dilihat di daerah Indonesia kecuali daerah maluku dan papua. Fenomena alam langka ini, bukan hanya disambut oleh masyarakat indonesia tetapi juga warga negara asing pun berdatangan ke indonesia hanya sekedar untuk menyaksikan gerhana ini. Kontak awal Gerhana ini pukul 13:02:30.6 WIB, Pertengahan Gerhana pukul 14:58:30.3 WIB dan Akhir Gerhana 16:54:35.1.

Kapan terjadi gerhana matahari lagi?

Berdasarkan kalendar Almanak Islam Persis 1430 H, Insa Allah Gerhana akan terjadi lagi pada tahun ini, hari Rabu, tanggal 22 Juli 2009. Dan gerhana kali ini Gerhana Matahari Total. Awal gerhana 07:51:08.0, pertengahan gerhana 09:35:12.4 dan akhir gerhana 11:19:17.9, gerhana bisa dilihat di indonesia kecuali Sumsel, P.jaw, Kal Sel, Sul Sel, Sul Tra, Bali, NTB dan NTT.
Warga indonesia berbeda-beda menanggapi gerhana matahari ini, ada yang sengaja ingin melihat gerhana, seperti, mendatangi teropong bintang Boska di Bandung, Taman Langit di jakarta, atau di tempat strategis yang bisa dilihatnya dengan peralatan sendiri. Di samping itu, ada pula yang menanggapinya dengan melakukan shalat gerhana bagi kaum muslimin, ada pula orang yang biasa-biasa saja karena ketidaktauan atau tidak ada ketertarikan.

Bagaimanakah kaum muslimin menanggapi gerhana?!

Dalam sebuah riwayat hadits, dari Mughiarah bin Syu’bah. Ia berkata: telah terjadi gerhana matahari di masa Rasullah Saw. Pada hari kematian ibrahim, orang-orang berkata: telah gerhana matahari lantaran kematian ibrahim. Maka Rasul bersabda:
“bahwasannya matahari dan bulan adalah dua tanda daripada tanda-tanda (kekuasaan) Allah; dua-dua itu tidak gerhana karena kematian seseorang dan tidak karena hidupnya, maka apabila kamu melihat gerhana berdoalah kepada Allah dan bershalat sehingga berakhir ” (HR. Bukhari dan Muslim)


Berdasarkan hadits di atas, kita kaum muslimin disunnahkan untuk shalat dan berdoa kepada Allah, bukan ramai-ramai menyaksikan bagaimana perjalanan gerhana matahari tersebut. Kalau kita kita amati mungkin amat sedikit jumlah kaum muslimin yang suka melakukan shala sunnah ini, shalat yang jelas keshahihannya ini. Mungkin kita perlu membiasakan kembali amalan sunnah ini, dibanding melakkukan ibadah yang belum jelas landasan hukum dari al-qur’an atau al-hadits.
Baaimanakah shalat gerhana itu?
Tidak sedikit kaum muslimin yang mengetahui anjuran untuk shalat gerhana ini, akan tetapi banyak juga yang tidak mengetahui bagaimana pratek pelaksanaan shalat gerhana tersebut.
Sebuah riwayat dari Ibnu Abbas berkata: telah gerhana matahari di masa rasulullah saw. Lalu ia shalat, yaitu ia berdiri panjang kira-kira membaca surat al-baqarah, kemudian ia ruku ‘satu ruku’ yang panjang kemudian ia bangkit, lalu berdiri satu pendirian yang panjang – tetapi kurang dari berdiri pertama – kemudian ia ruku ‘satu ruku’ yang panjang tapi kurang dari ruku pertama – kemudian ia bangkit, kemudian ia sujud, kemudian ia berdiri satu penderian yang panjang – tetapi kurang dari pada berdirinya yang pertama – kemudian ia ruku ‘satu ruku’yang panjang – tetapi kurang dari ruku yang pertama – kemudian ia bangkit, lalu berdiri satu pendirian yang panjang – tapi kurang daripada yang pertama – kemudian ia ruku ‘satu ruku’ yang penjang, - tetapi kurang dari ruku yang pertama, kemudian ia angkat kepalanya, kemudian ia sujud, kemudian ia beri salam, sedang matahari pun jadi terang lalu ia berkhutbah di hadapan orang ramai. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari hadits tersebut, shalat gerhana itu berjumlah 4 kali ruku (setiap rakaat 2 kali sujud). Dengan kata lain, shlat gerhana sebagaimana shalat empar rakaat, tetapi pada rakaat pertama dan ketiga tidak ada sujud, melainkan langsung bangkit ke rakaat selanjutnya. Dari hadits ini pula, dianjurkan dilaksanakan berjamaah di mesjid karena ada khutbah sampai terang.
Ada Hadits lain yang menjelaskan ini, Nabi Saw bersabda, “sesungguhnya matahari dan bulan adalah tanda-tanda kekuasaan allah. Keduanya tidak akan terjadi gerhana karena mati atau hidupnya seseorang. Apabila kamu melihat kejadian itu, segeralah ke mesjid ”. (musnad ahmad bin hambal 5:428).
Dari aisyah ra. Berkata : telah terjadi gerhana matahari pada masa hidup rasulullah saw lalu beliau pergi ke mesjid, kemudian berdiri dan takbir. Dan orang-orang bershaf dibelakang beliau. (Shahih Muslim 2:619)
Mungkin dengan hal inilah kaum muslimin menanggapin bagaimana ketika terjadi gerhana, baik gerhana matahari atau pun gerhana bulan. Wallahu’alam.


Read More......

Pengunjung Ana