SALAM PERSAHABATAN

hidup tanpa persahabatan bagaikan perkasanya singa yang
tinggal sendirian dibelantara hutan. sekeras apapun prinsip dan hati manusia
mesti membutuhkan sahabat


Sabda Nabi Saw:

Hati manusia adalah kandungan rahasia dan sebagian lebih mampu merahasiakan dari yang lain. bila kamu memohon sesuatu kepada allah maka mohonlah dengan penuh bahwa doamu akan terkabulkan. allah tidak mengabulkan doa orang yang hatinya lalai dengan lengah. (HR. Ahmad)

Selasa, 09 Juni 2009

Isu gender dalam studi islam

“Isu gender dalam studi islam:
suatu problema atau suatu solusi alternative”
By. Abdul latif
Dalam suatu seminar regional yang diadakan InPas (Institut Perkembangan dan Peradaban Islam), Henry Sholahuddin sebagai pembicaranya, mengutarakan bahwa Ada beberapa suatu tantangan kontemporer bagi pemikiran islam saat ini, yaitu liberalism, secularsm, pluralism, feminism (gender). Empat hal ini lah yang akan memunculkan relativisme kebenaran. Menurut scott peck dalam The Road Less Travelled yang dikutip Dr. Hamid Fahmi Zarkasyi, dikatakan: ‘Sekali kata ‘religion’ disebutkan di Dunia Barat, ini akan membuat orang berpikir tentang: ….inkuisisi, tahyul, lemah semangat, paham dogmatis, munafik, benar sendiri, kekakuan, kekasaran, pembakaran buku, pembakaran dukun, larangan-larangan, ketakutan, taat aturan agama, pengakuan dosa, gila. Apakah semua ini yang Tuhan lakukan untuk manusia atau apa yang manusia lakukan terhadap tuhan. Ini merupakan bukti kuat bahwa percaya pada Tuhan sering menjadi dogma yang menghancurkan.’ .
Perkembagan isu Gender berangkat dari feminism yang digencarkan dunia barat karena ketidakadilan antara kaum laki-laki dan perempuan, baik dalam teks-teks yang tertulis dalam kitab (injil) atau pada kenyataannya perempuan selalu dianggap subordinasi setelah laki-laki. Mengkaji gender tidak mungkin lepas dari sejarah barat dengan kitab sucinya al-kitab yang begitu bermasalah.
Dalam buku yang berjudul “ideologi jender dalam kitab suci: suatu pengantar”, karya Hendrik Njiolah, Pr. Mengutarakan bahwasannya feminism dan kesetaraan gender berawal dari suatu ketidakadilan dan penindasan, kemudian hal itu menjadi suatu kontruksi social dalam masyarakat dan mengakibatkan ideology gender untuk melawan budaya partiliniar yang mempunyai landasan dalam ajaran agama, bahkan menjadi masalah teologis.

Apa itu gender?
Secara etimologi, gender dalam kamus bahasa Inggris-Indonesia berarti jenis kelamin. Dalam webster’s New World Dictionary, gender is the apparent sisparity between man and women in values and behavior (perbedaan yang Nampak dari laki-laki dan perempuan dari segi nilai dan tingkah laku).
Secara terminology, bermacam-macam orang mendefiniskannya, tergantung dari sudut pandang dan latar belakang orang tersebut. Misalnya Hilary M. Lips dalam bukunya “sex & gender: an introduction”, mengartikan gender sebagai harapan-harapan budaya terhadap laki-laki dan perempuan (cultutal expectations for women and men). Di Indonesia istilah gender sudah lazim digunakann, khususnya dikantor menteri Negara urusan peranan perempuan dengan ejaan “jender”. Jender diartikannya sebagai “interpretasi mental dan cultural terhadap perbedaan kelamin yakni laki-laki dan perempuan. Jender biasanya ditunjukan untuk pembagian kerja yang dianggap tepat untuk laki-laki dan perempuan”,
Nasrudin Umar, setelah menganalisis definisi-definisi yang dikeluarkan orang barat dan orang feminism, menyimpulkan bahwa gender adalah suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasikan perbedaan laki-laki dn perempuan dilihat dari segi social-budaya. Jender dalam arti ini mendefinisikan laki-laki dan perempuan dari sudut non-biologis.
Orang feminism (aktifis gender) mengangkat tema gender ini dengan terlebih dahulu membedakan antara sex dan gender. Secara umum gender digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan dari segi social-budaya. Jadi lebih menekankan pada masalah social, budaya, psikologis dan aspek-aspek non biologis lainnya. Sementara, sex digunakan untuk mengidentifikasi perbedaaan laki-laki dan perempuan dari segi anatomi biologi, seperti perbedaan komposisi kimia dan hormone dalam tubuh, anatomi fisik, reproduksi dan karakteristik biologis lainnya. Penggunaan gender ini terhitung saat proses pertumbuhan anak menjadi lebih dewasa. Sedangkan sex, digunakan untuk persoalan reproduksi dan aktivitas seksual.
Pembedaan gender disebarkan karena ada suatu anggapan bahwa perbedaan gender sebagai akibat dari perbedaan sex. Pembagian peran dan kerja secara seksual dipandang sesuatu yang wajar. Mereka (feminis) berpendapat sebaliknaya bahwa perbedaan sex tidak mesti menyebabkan ketidakadilan gender. Oleh karena muncullah berbagai teori tentang gender untuk menghilangkan ketidakadilan gender ini, terutama bagi perempuan yang selalu diposisikan kedua setelah laki-laki.

Teori-teori gender
Dalam studi gender dikenal beberapa teori yang bisa menjelaskan latar belakang pembedaan dan persamaan peran gender laki-laki dan perempuan, antara lain:
1. Teori psikoanalisa/identifikasi
Teori ini dikenakan pertama kali oleh Sigmund Freud (1856-1939). Teori ini menyatakan bahwa perilaku dan kepribadian laki-laki dan perempuan sejak awal ditentukan oleh perkembangan seksualitas. Feud menjelaskan bahwasanya kepribadian seseorang terbentuk tiga unsur, yaitu: Id, Ego, Superego.
Pertama, id, sebagai pembawaan sifat-sifat fisik-biologis seseorang sejak lahir, termasuk nafsu seksual dan insting yang cenderung selalu agresif. Id ini berkerja di luar rasional dan senan tiasa mencari kesenangan dan kepuasan biologis. Kedua, ego, bekerja dalam lingkup rasional dan berupaya menjinakan keinginan agresif dari id. Ego berupaya mengatur hubungan antara keinginan subjektif individu dan tuntutan objektif realitas social. Ketiga superego, berfungsi sebagai aspek moral dalam kepribadiaan, berusaha mewujudkan kesempurnaan hidup, lebih dari sekedar mencari kesenangan dan kepuasan.
Perkembangan kepribadian seseorang terpengaruh oleh satu diantara lima tahapan psikoseksual yang freud sebutkan, yang mana setiap tahapan memiliki kesenangan seksual sendiri, yaitu:
1. Oral stage/Kesenangan berada di mulut (menghisap susu)
2. Anal stage/Kesenangan berada di dubur (mengeluarkan kotoran)
3. Phallic stage/kesenangan pada saat mengidentifikasikan alat kelaminnya (erotis bagi anak laki-laki dan clitoris bagi anak perempuan)
4. Talency stage/tahap remaja (kecenderungan menekan erotis sehingga menjelang pubertas)
5. Genital stage/kesenangan terletak pada daerah kemaluan (saat kematangan seksualitas)
Menurut Freud, sejak tahap phallic, yaitu anak usia antara 3 dan 6 tahun, perkembangan kepribadian anak laki-laki dan permpuan mulai berbeda. Perbedaan ini melahirkan formasi social berdasarkan jender, yakni bersifat laki-laki dan perempuan. Dalam masa anak menenali perbedaan anaomi tubuhnya, terutama didaerah kemaluannya, karena pada masa ini seseorang anak laki-laki atau perempuan akan merasakan kenikmatan ketika mempermainkan alat kelaminnya
(bersambung)




Tidak ada komentar:

Pengunjung Ana