Kesenangan dan kebahagia mewarnai seluruh belahan dunia. Umat kristiani sibuk dengan perayaan kebesarannya. Merayakan suatu hari yang mana diasumsikan bahwa sang juru selamat lahir. Tak satu pun umat kristiani yang melakukan aktifitas selain sesuatu yang berkaitan dengan perayaan hari bersejarah tersebut. Begitu pula disebrang iman mereka, umat islam pun mempersiapkan dan membersihkan diri untuk memberikan totalitas dan loyalitas menghambakan diri kepada Allah Swt dengan beribadah di hari mulia, yaitu hari jumat.
Di tengah keramaian hari tersebut, hari Jum’at tepatnya pukul 13:00 WIB tanggal 25 Desember 1987, di Sukabumi, kota indah nan sejuk dan permai, lahirlah seorang bayi belita yang suci dan bersih dari dosa. Seorang insane baru di dunia yang mampu menyebabkan isak tangis dan ketawa kebahagian keluarga besar Maman Abdurrahman dan Titim Fatimah karena kehadiran anaknya yang ke 6. Tujuh hari berlalu, sang bayi pun mendapatkan indentitasnya, yang diambil dari Asma’ul Husna Allah Swt. yaitu “ Abdul Latif “ yang bermakna Hambanya Yang Maha Lembut. Dan itu adalah aku; saya; ana, alias “abdoel”, anak ke-6 dari pasangan Maman Abdurrahman dan Titim Fatimah. Pada 18 Desember 1991 abdoel pun menjadi sseorang kakak karena kehadiran adikku. Selain itu, abdoel juga memiliki seorang kakak seayah dan dua kakak seibu, sehingga jumlah saudara abdoel 9 orang, sepuluh dengan abdoel.
Tahun 1994-2000, abdoel mengenyam pendidikan Sekolah Dasar Negeri OTTISTA di Kotamadya Sukabumi. Disebabkan lahir di lingkungan umat Islam, pada tahun dan kota yang sama, abdoel pun di sekolahkan pendidikan agama Islam “Dinniyah As-Sunnah”. Kurangnya pendidikan untuk bekal kehidupan masa depan, abdoel dikirim ke Kota Dodol, yang dikenal juga kota santri (Kabupaten Garut) untuk memperdalam ilmu, terutama ilmu yang berkenaan dengan cara pemahami ajaran Islam. Enam tahun belajar islam dan ilmu pengetahuan lainnya di Garut, tepatnya Tsanawiyyah tahun 2000-2003 di Pesntren Persatuan Islam No.99 Ranca Bango dan Mualimin tahun 2003-2006 di Pesantren Persatuan Islam No. 76 Tarogong. Abdoel pun mendapatkan rizqi dan kesempatan meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi IAIN Sunan Ampel Surabya karena lolos seleksi Program Beasiswa Santri Berpretasi DEPAG RI. Jadinya, kuliah gratis, bahkan biaya hidup pun disubsidi pemerintah.
Kalau diselusuri, pendidikan abdoel memang banyak berkecimpung mendalammi pemahaman tentang islam. Tetapi selama menganut islam, tidak pernahku sadari secara logis dan rasional mengapa abdoel tetap memegang islam. Abdoel hanya mengandalkan suatu keyakinan bahwa islam itu benar. Kecuali pada saat ini, setelah aktif di organisasi kemahasiswaan yaitu Himpunan Mahasiswa Islam, keyakinan tersebut diperkokoh dan dibenarkan oleh akal secara rasional mengapa Islam yang harus di pegang dalam pedoman hidup manusia.
Dalam pengalaman organisasi, sewaktu kelas 2 Mualimin disamping aktif di Rijalul Ghad (OSIS), menjabat juga sebagai Ketua Umum Pelajar Islam Indonesia (PII) Komisariat Pembangungan Daerah Garut. Wawasan dan pengembangan diri banyak abdoel dapat di PII ini, bahkan bisa dikatakan keberadaan abdoel menjadi anggota CSS MoRA (Community of Santri Scholar Ministry of Religion Affair ) karena hasil proses pengkaderan PII. Aktifitas organisasi abdoel sekarang sebagai Kabid. Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi HMI Komisariat Syariah Sunan Ampel. Sebelumnya pernah juga aktif di KAMMI sebagai staf Pengembangan Sumber Daya Kader, IPNU sebagai staf Penerbitan, dan Forum Remaja Mesjid Ulul Albab IAIN sebagai Seketaris Umum. Tetapi dikarenakan ada gesekan perbedaan pergerakan, idiologi dan kultur, abdoel mengakhir jabatan sebelum masa preiode berakhir.
“Berjuang-berjuang dan sabar lah yang dipegang, karena kesuksesan selalu didahului perjuangan”
Salam persahabatan dari abdoel
Di tengah keramaian hari tersebut, hari Jum’at tepatnya pukul 13:00 WIB tanggal 25 Desember 1987, di Sukabumi, kota indah nan sejuk dan permai, lahirlah seorang bayi belita yang suci dan bersih dari dosa. Seorang insane baru di dunia yang mampu menyebabkan isak tangis dan ketawa kebahagian keluarga besar Maman Abdurrahman dan Titim Fatimah karena kehadiran anaknya yang ke 6. Tujuh hari berlalu, sang bayi pun mendapatkan indentitasnya, yang diambil dari Asma’ul Husna Allah Swt. yaitu “ Abdul Latif “ yang bermakna Hambanya Yang Maha Lembut. Dan itu adalah aku; saya; ana, alias “abdoel”, anak ke-6 dari pasangan Maman Abdurrahman dan Titim Fatimah. Pada 18 Desember 1991 abdoel pun menjadi sseorang kakak karena kehadiran adikku. Selain itu, abdoel juga memiliki seorang kakak seayah dan dua kakak seibu, sehingga jumlah saudara abdoel 9 orang, sepuluh dengan abdoel.
Tahun 1994-2000, abdoel mengenyam pendidikan Sekolah Dasar Negeri OTTISTA di Kotamadya Sukabumi. Disebabkan lahir di lingkungan umat Islam, pada tahun dan kota yang sama, abdoel pun di sekolahkan pendidikan agama Islam “Dinniyah As-Sunnah”. Kurangnya pendidikan untuk bekal kehidupan masa depan, abdoel dikirim ke Kota Dodol, yang dikenal juga kota santri (Kabupaten Garut) untuk memperdalam ilmu, terutama ilmu yang berkenaan dengan cara pemahami ajaran Islam. Enam tahun belajar islam dan ilmu pengetahuan lainnya di Garut, tepatnya Tsanawiyyah tahun 2000-2003 di Pesntren Persatuan Islam No.99 Ranca Bango dan Mualimin tahun 2003-2006 di Pesantren Persatuan Islam No. 76 Tarogong. Abdoel pun mendapatkan rizqi dan kesempatan meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi IAIN Sunan Ampel Surabya karena lolos seleksi Program Beasiswa Santri Berpretasi DEPAG RI. Jadinya, kuliah gratis, bahkan biaya hidup pun disubsidi pemerintah.
Kalau diselusuri, pendidikan abdoel memang banyak berkecimpung mendalammi pemahaman tentang islam. Tetapi selama menganut islam, tidak pernahku sadari secara logis dan rasional mengapa abdoel tetap memegang islam. Abdoel hanya mengandalkan suatu keyakinan bahwa islam itu benar. Kecuali pada saat ini, setelah aktif di organisasi kemahasiswaan yaitu Himpunan Mahasiswa Islam, keyakinan tersebut diperkokoh dan dibenarkan oleh akal secara rasional mengapa Islam yang harus di pegang dalam pedoman hidup manusia.
Dalam pengalaman organisasi, sewaktu kelas 2 Mualimin disamping aktif di Rijalul Ghad (OSIS), menjabat juga sebagai Ketua Umum Pelajar Islam Indonesia (PII) Komisariat Pembangungan Daerah Garut. Wawasan dan pengembangan diri banyak abdoel dapat di PII ini, bahkan bisa dikatakan keberadaan abdoel menjadi anggota CSS MoRA (Community of Santri Scholar Ministry of Religion Affair ) karena hasil proses pengkaderan PII. Aktifitas organisasi abdoel sekarang sebagai Kabid. Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi HMI Komisariat Syariah Sunan Ampel. Sebelumnya pernah juga aktif di KAMMI sebagai staf Pengembangan Sumber Daya Kader, IPNU sebagai staf Penerbitan, dan Forum Remaja Mesjid Ulul Albab IAIN sebagai Seketaris Umum. Tetapi dikarenakan ada gesekan perbedaan pergerakan, idiologi dan kultur, abdoel mengakhir jabatan sebelum masa preiode berakhir.
“Berjuang-berjuang dan sabar lah yang dipegang, karena kesuksesan selalu didahului perjuangan”
Salam persahabatan dari abdoel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar